Jumat, 26 Juni 2015

Kegiatan CB Interpersonal Development



Nama: Muammar Gibran

Anggota tim:
-Kevin Filberto
-Arden Juergen Walewangko
-Qadry Mar Akbar
-Steven
-Aldyaz Gusti Nugroho
-Timothy Geole
-Muammar Gibran

Dalam kegiatan TFI kali ini, kelompok kami memiilih untuk ikut bekerjasama dengan komunitas 'Osoji Club'. Osoji Club sendiri adalah salah satu komunitas yang berisi dari gabungan orang Jepang  dan Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan Indonesia yang lebih bersih terutama dari sampah.
Maka dari itu kami bersepakat untuk ikut beraksi dengan Osoji Club dengan salah satu event mereka yaitu bersih-bersih Jakarta.

Pada kesempatan kali ini kami mengikuti kegiatan bersama Osoji Club di Gelora Bung Karno Senayan untuk bersih-bersih sampah pada hari Minggu tiap 2 minggunya. Kenapa memilih GBK? GBK dipilih karena tempat ini merupakan pusat kegiatan olahraga pada Minggu pagi selain di lokasi Car Free Day seperti Sudirman-Thamrin, sehingga sampah yang ditimbulkan saat banyak dan sangat mengotori padahal GBK sendiri adalah salah satu tempat ternama di Jakarta.

Untuk pertama kali berpatisipasi dalam kegiatannya, awalnya kami cukup tersesat karena telat untuk briefingnya telat dan membuang waktu untuk mencari PICnya. Akhirnya menemukan salah satu panitia acara tersebut dan kami pun datang untuk mengambil peralatannya. Kamipun bergerak untuk langsung mengambil sampah sampah yang bertebaran di GBK, terutama di pintu luar karena banyak sekali yang jualan disana.

Kegiatan bersih-bersih tersebut cukup menguras tenaga karena di GBK sampahnya sangat banyak dan kamipun dapat mengumpulkan sampai 5 kilo sampah. Di akhir sesi bersih-bersih semua sampah dikumpulkan dan sampai-sampai bisa terbentuk gunung sampah. Setelah itu kamipun briefing di akhir acara untuk bagi-bagi pengalaman dan kesan pesan.

Kami melakukan kegiatan sampai 4x namun agak berbeda di akhir di ke3 dan ke4 karena di minggu ke3, ada orang dari Jepang langsung yang datang ikut berpatisipasi dan juga di akhir acara kami dapat kesempatan untuk diwawancara oleh Metro Tv untuk breaking news. Di minggu ke4 juga agak berbeda karena itu adalah ulang tahun Osoji Club dan selain mengumpulkan sampah kami juga ada kampanye untuk kebersihan dan anti buang sampah sembarangan di GBK.

Bisa dibilang, kegiatan yang dilakukan oleh Osoji Club sangat menyenangkan walaupun itu kegiatan sosial. Selain mendapat banyak kenalan bahkan sampai orang Jepang langsung, kami juga ada kesempatan untuk berolahraga karena di Binus sendiri sangat sulit menyempatkan  diri untuk berolahraga.

Demikian laporan dari kami berikut ada beberapa foto dokumentasi dalam kegiatannya. Saya tidak muncul di laporan foto ini karena saya tidak sempat datang saat foto ini diambil.








Kamis, 02 Oktober 2014

Mencicipi Tabula Rasa

Kapan lagi lihat orang Papua masak makanan Padang?

Akhirnya dapat lagi satu film Indonesia yang tergolong keren. Setelah beberapa waktu lalu agak dikecewakan sama Viva JKT48 dan kembali naik dengan harapan yang lebih tinggi setelah menonton Aku, Kau dan KUA, saya kembali menemukan sebuah film Indonesia yang "ringan" dan "mudah dicerna", sesuai untuk segala usia, Tabula Rasa.

Setelah melihat beberapa cuitan soal film lokal ini, saya memutuskan untuk menunggu, menunggu dan menunggu sampai tanggal 28 September, dimana untuk pertama kalinya saya juga "menajajal" bioskop pendatang baru di Indonesia, Cinemaxx. Saat sempat salah keluar halte (di Semanggi), saya sendiri khawatir kalau saya telat dan ketinggalan bagian awal film ini....Untung saja hal itu tak terjadi.

Ceritanya cukup simpel, seorang pemuda dari Papua bernama Hans yang diperankan seorang aktor pendatang baru, Jimmy Kobogau, mendapat tawaran untuk bermain sepakbola di Jakarta. Namun ia gagal dan terpaksa menjadi gelandangan dan bekerja serabutan. Ia sempat berusaha untuk bunuh diri dengan meloncat ke rel kereta, namun ia gagal karena terjatuh ke jembatan dimana dia akan melompat ke rel tersebut.

Ia kemudian diselamatkan oleh Emak (yang diperankan oleh Dewi Irawan), yang membawanya ke restoran Padang yang ia kelola. Seiring waktu, karena merasa kasihan dengan Hans yang tak kunjung pergi dari restoran tersebut, Emak pun mempekerjakan Hans sebagai tukang bersih-bersih restoran dan membantunya membawa barang belanjaan.

Setelah waktu berjalan, Hans pun diajari bagaimana membuat masakan Padang oleh Emak. Namun salah satu karyawan restoran, Parmanto, memutuskan untuk keluar dari restoran tersebut karena ia merasa posisinya tergeser oleh Hans, dan ia kemudian bekerja di restoran Padang yang baru dibuka di dekat restoran milik Emak.

Film ini pun bisa dibilang "tenang". Tidak banyak konflik yang sampai memperlihatkan adegan adu jotos, mungkin paling banyak adu mulut dalam debat saja.

Bicara soal makanan, mungkin film ini dapat membuat Anda merasa lapar. Visualisasi rendang, gulai kepala kakap dan makanan-makanan lainnya sungguh memesona, menggoda selera makan Anda dan ingin mencoba masakan Padang setelah menonton film ini. Sungguh. Dan disini Anda pun diperlihatkan soal cara memasak rendang, yang ternyata saya sendiri baru tahu, harus diaduk selama 4 jam secara perlahan-lahan dengan tungku kayu di sebuah kuali besar.

Konflik terbesar di film ini terjadi di klimaksnya. Emak mendapat pesanan besar untuk pesta pernikahan, namun ia memaksakan tubuhnya saat memasak untuk pesanan tersebut meski ia sedang mengalami sakit. Hans pun terkejut saat melihat Emak tergeletak lemas dan segera membawanya ke rumah sakit, dan kemudian Parmanto datang untuk membantunya. Mungkin sulit untuk menyangka hal tersebut untuk terjadi.

Setelah kejadian tersebut dan Emak kembali sehat, Hans pun pergi keluar dari restoran tersebut untuk mencari pengalaman lain dalam hidupnya. Tamat.

Jujur, saya kurang suka film yang punya open ending seperti ini, namun saya sudah cukup terpesona dengan ringan dan nikmatnya film ini, saya mungkin memaafkan "kesalahan" dari film Tabula Rasa ini.

8/10

Minggu, 08 Juni 2014

Viva Papat Wolu : Not A Bad Try, Awi.

Sebenarnya sih gua senang banget kalau JKT48 dibikinin sebuah film. Ya tapi sutradaranya juga harus "berkelas", mungkin yang sekelasnya Riri Riza atau malah Joko Anwar. Namun bukan gua bilang Awi Suryadi jelek. Dia cukup bikin gua terkesan saat nonton Street Society, dimana dia cukup berhasil buat sebuah film balapan dengan mobil eksotik, yang cukup jarang di Indonesia.

Rabu, 19 Maret 2014

Getting some tough problems here...about the blackjack.

So, because I was confused at doing my college task, I tried to search for some clues to finish the task.

And then I found a good web to finish it. It gives me almost all of my solution for the task.

So it gives me a full blackjack, that includes the betting system that counts the money that you are having.

The first lines of the program shows the menu, and the verification of the input for the first menu (start the game and exit the game)

The next lines shows the algorithms to draw the card, and how the program gets the hands (spade, diamond, club or hearts)

The play function runs the game,generates the card that the computer and the player gets.

The program verifies if the player gets the total hand of 21, the player wins. If the hand is less than 21, the program asks the player to draw another card or not.

If the dealer's hand reach 21 after the next draw, the player lose the bet, but if the dealer's hand is more than 21, you will win.

If the dealer and the player haven't reach 21 yet, the program will loop to ask for another draw.

The dealer function is used for the dealer's hand.

As the rules, if the player or the dealer draws an "Ace" the score can be different. If the total of the hand is less than 10, the program will give the score of the "ace" as 11. If the total is more than 10, it will only count as 1.

You will win if your hand's score is bigger than the dealer, as long as it isn't 21.

After the program exits, the program will print the result in a file about your game statistics. The program keeps the statistics of how many times you have won and lost.





And so, I learned some lessons here that my skills weren't very good enough to make even a simple program. It is quite a tough experience for me...

binus.ac.id

Senin, 21 Oktober 2013

A Journey to Azrax : From Indonesia to Hongkong with Love

The Best Guilty Pleasure Movie. Ever.
Awalnya saya sendiri bingung ketika melihat poster filmnya, saya berpikir "Film apaan nih? Halah, paling film sampah Indonesia yang biasa-basa aja." Namun semua berubah saat Negara Api....eh salah, buzz-buzz aneh dari timeline twitter saya, yang berbicara tentang film ini. Ya. Twitter telah membawa saya ke dalam pengalaman menonton terbaik yang pernah saya rasakan.

Jumat, 05 Oktober 2012

Thoughts for Fall 2012 - Predictions


The time has come!

DISCLAIMER : This post was made before I watch the shows.

well, after a long hiatus for several months, I am finally back on track! So, for my comeback post, I'd like to make some thoughts for some anime airing this season.

Kamis, 10 Mei 2012

Senin, 16 April 2012

First Impression : Bread the Animation

No, this isn't a bread-making anime like Yakitate! Japan.
This story is about Rick Elwood, a worker in a bread store called "Le Coeur" in Wyndaria Island, along with 3 girls : Airy, Neris, and Amil. With the FAB art of Tony Taka, this anime might try to satisfy their fans of the game (or those who haven't played to play it).

From the left : Amil (VA : Kanae Ito), Rick (VA : Hiroshi Kamiya), Airy (sitting) (VA : Shiori Mikami), and Neris (VA: Mai Aizawa)
The quartet went to the forest of elves to find some sugar grass. Unfortunately, they met an elf named Alvin (VA : Hiroshi kamiya (AGAIN?)) after they met an injured silf, and then they give it back.

On the way home, an elf named Alwyn (VA : Ryou Hirohashi) - which is Alvin's sister, greeted them, and... asked for their bread.

Are you shy enough?
Too bad for them, the storm in Wyndaria is coming close. Unfortunately, this is  the end of the first episode, because the storm will be told in the next episode.

Cute indeed.
Well, this anime may have a potential, but the first episode is just a bit... plain.

Rating : 3.5/5